A.
Sejarah
Revolusi teknologi komputer terus berkembang dengan pesatnya
sesuai dengan perkembangan peradaban manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Masih
banyak masyarakat awam pada umumnya belum menyadari bahwa kita sudah berada
didalam era ketiga revolusi komputer, yaitu ubiquitous computing. Dimana
era pertama pada tahun 1970-an merupakan era mainframe, yaitu komputer
berukuran raksasa dan digunakan bersama-sama oleh banyak orang (one
computer-many people). Memasuki era kedua setelah tahun 1970-an yaitu ditandai
dengan tren penggunaan personal computer atau PC (one computer-one
person). Selanjutnya pada era ketiga ini seseorang dapat berinteraksi
dengan banyak komputer (one person-many computer). Disaat itulah mulai
terjadi revolusi penggunaan komputer.
Pada tahun 1988, Mark Weiser, seorang peneliti senior dari
Xerox Palo Alto Research Center (PARC) yang merupakan “the father of
ubiquitous computing”. Mark
Weiser pada saat itu membayangkan komputer dipasangkan di dinding, di permukaan
meja, di setiap benda sehingga seseorang dapat berkomunikasi dengan ratusan
komputer pada saat yang sama. Setiap komputer secara tersembunyi diletakkan di
lingkungan dan dihubungkan secara nirkabel. Menurutnya, teknologi ubiquitos ini
merupakan ide teknologi teratas yang membuat komputer tertanam, begitu pas dan
alami sehingga kita tidak merasakan bahwa kita sedang berada dihadapan
komputer.
B.
Tujuan
Tujuan
dari Ubiquitos atau pervasive computing
adalah membawa komputasi dalam dunia
nyata dan memungkinkan manusia
berinteraksi dengannya dengan cara yang lebih alami seperti
berbicara, bergerak, menunjuk
dan menyentuh.
Dengan kata lain, pervasive komputing membuat komputasi menjadi bagian
dari kehidupan sehari-hari. Pervasive
computing dapat meningkatkan penggunaan komputer dengan membuatnya tersedia (available) melalui lingkungan fisik namun
membuatnya tidak terlihat oleh user.
Selain
itu, pervasive computing memungkinkan
teknologi menjadi transparan.
Transparansi dapat terjadi
disebabkan karena lingkungan dari
pervasive computing merupakan kumpulan dari benda-benda yang mudah dipakai,
mudah diselipkan dan mudah di bawa ke mana-mana, juga terkoneksi secara wireless (tanpa kabel).
C.
Pengertian
Ubiquitous Computing
secara terminologi berarti “komputasi dimana-mana”, yang berarti kita dapat
melakukan komputasi dimana saja dan kapan saja, tanpa perlu berada di depan
perangkat komputer (off the desktop). Tanpa kita sadari saat ini kita sudah
berada di era Ubiquitous Computing, dimana tanpa kita sadari begitu banyak
perangkat komputasi disekitar kita, mulai dari handphone, smartcard, finger
key, dan lain-lain. Selain perangkat komputasi, kita juga berada dikelilingi
oleh perangkat sensor, seperti jika berbelanja di mall kita akan dideteksi oleh
gerbang masuk, kartu kredit kita memiliki sensor, bahkan buku yang kita pinjam
diperpustakaan memiliki tag untuk di baca oleh sensor. Kemudian tanpa kita
sadari juga disekitar kita dapat terjadi transaksi data tanpa menggunakan
kabel, seperti transaksi data dengan bluetooth, infrared, wifi, wimax dan
lain-lain. Hal-hal diatas merupakan bagian dari ubiquitous computing, dimana
tersedia berbagai bentuk perangkat komputasi disekitar kita, terdapat sensor
dimana-mana dan semua perangkat dapat dihubungkan secara wireless. Jika dulu
banyak orang menggunakan satu komputer, kemudian saat ini setiap orang dapat
menggunakan satu komputer, maka di era ubiquitous computing setiap orang
menggunakan banyak komputer.
Konsep Ubiquitous Computing yang kita
singkat menjadi Ubicomp, pertama kali dikemukakan oleh Mark Weiser,
seorang peneliti senior pada Xerox Palo Alto Research Center (PARC) pada tahun
1988 yang menyatakan “Ubiquitous computing is Ubiquitous Computing
the method of enhancing computer use by making many computers available
throughout the physical environment, but making them effectively invisible to
the user” atau “ Ubiquitous Computing adalah peningkatan metode
penggunaan computer dengan membuat perangkat komputasi tersedia
dilingkungan fisik sekitar kita, dan perangkat tersebut seperti atau
seolah-olah tidak nampak bagi penggunanya”. Sedangkan menurut Marcia
Riley dari Georgia Institute of Technology, Atlanta “Ubiquitous
computing, or calm technology, is a paradigm shift where technology becomes
virtually invisible in our lives” yang artinya “Ubiquitous Computing
atau “Calm Technology” adalah model perubahan dimana teknologi menjadi
hampir tidak nampak dalam pandangan mata dikehidupan kita”.
Contoh berikut ini akan menjelaskan bagaimana ubicomp dapat
diterapkan di kehidupan sehari-hari: Suatu ketika tersebutlah seorang engineer
di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi. Dia berangkat kerja
dengan mobilnya melewati jalan tol modern tanpa penjaga pintu tol. Mobil sang engineer
telah dilengkapi dengan sebuah badge pintar berisi microchip yang
secara otomatis akan memancarkan identitas mobil tersebut pada serangkaian
sensor saat melewati pintu tol seperti tampak pada gambar 1. Pembayaran jalan
tol akan didebet langsung dari rekeningnya setiap minggunya sesuai data yang
di-update setiap mobilnya melewati pintu tol dan disimpan dalam komputer
pengelola jalan tol.
Gambar 1 Sistem Pintu Tol Otomatis
(sumber gambar:
HowStuffWorks)
Saat mobilnya mendekati pintu kantor, sensor pada gerbang pagar kantor
mengenali kendaraan tersebut berkat pemancar lain yang terdapat di mobil
tersebut dan secara otomatis membuka gerbang.
Pada kartu pegawai sang engineer terpasang device pemancar
yang secara otomatis akan mengaktifkan serangkaian sensor pada saat ia memasuki
kantor. Pintu ruang kerjanya akan terbuka secara otomatis, pendingin ruangan
akan dinyalakan sesuai dengan suhu yang nyaman baginya dan mesin pembuat kopi
pun menyiapkan minuman bagi sang engineer.
Meja kerja sang engineer dilapisi sebuah pad lembut yang mempunyai
berbagai fungsi. Saat ia meletakkan telepon selulernya di pad tersebut,
secara otomatis baterai ponsel tersebut akan diisi. Jadwal hari tersebut yang
sudah tersimpan dalam ponsel akan ditransfer secara otomatis ke dalam komputer
dengan bantuan pad tersebut sebagai alat inputnya. Misalkan di hari
tersebut ia telah mengagendakan rapat bersama para stafnya maka komputer secara
otomatis akan memberitahukan kepada seluruh peserta rapat bahwa rapat akan
segera dimulai.
Contoh di atas tidak memerlukan sebuah penemuan teknologi revolusioner,
tidak ada algoritma kecerdasan buatan yang rumit atau alat-alat dengan
teknologi seperti pada film-film fiksi ilmiah yang tidak terjangkau oleh
kenyataan.
Charger pad untuk telepon
seluler seperti pada gambar 2 misalnya, saat ini merupakan sebuah alat yang
telah diproduksi secara komersial. Apabila charger
tersebut diberi suatu fitur yang dapat mentransfer data dari telepon seluler ke
komputer maka sempurnalah fungsinya sebagai sebuah contoh ubicomp device. Dengan teknologi mikro dan nano saat ini satu buah
kartu pegawai yang kecil dan pipih dengan beberapa microchip dapat
berfungsi sebagai pemancar sekaligus media penyimpanan data.
Gambar 2 Charger pad
(sumber gambar: PC Media)
(sumber gambar: PC Media)
D. Karakteristik
Ada banyak jenis layanan
yang dapat ditawarkan dalam lingkungan AmI, antara lain layanan-layanan
airport, perkantoran, perbankan, transportasi, supermarket, pendidikan, rumah
tangga, dan lain-lain yang tercakup dalam suatu area perkotaan. Karakteristik
dari lingkungan pelayanan ini adalah sebagai berikut:
1.
Personal Device
Pemakai dilengkapi dengan peralatan
pribadi yang mudah dibawa (portable) seperti: PDA, smart phone, komputer kecil
yang mudah dibawa, atau sejumlah peralatan nirkabel yang saling terhubung
membentuk suatu Body Area Network. Peralatan-peralatan tersebut secara dinamis
dapat menyesuaikan jenis protokol radio yang berbeda.
2.
Network Architecture
Para pemakai bergerak dalam suatu
jaringan komunikasi nirkabel heterogen yang membentuk suatu jaringan berkabel
yang lebih luas. Peralatan pemakai saling terhubung menggunakan jaringan
nirkabel berbasis infrastruktur. Peralatan-peralatan tersebut juga dapat
berhubungan dengan peralatan, sensor, dan layanan yang ada di lingkungan.
3.
Service Provisioning
Layanan bagi pemakai disediakan di
berbagai tempat berbeda dalam lingkungan AmI di mana pemakai dapat menggunakan
layanan yang tersedia dengan sumber-sumber daya yang terhubung tanpa kabel.
Layanan-layanan ini diberikan oleh suatu sistem layanan gabungan dengan
application server yang dapat diakses melalui infrastruktur jaringan.
4.
Sensing Architecture
Untuk mendukung pemberian
layanan-layanan tersebut, lingkungan AmI dilengkapi berbagai jenis sensor.
Sensor ini membuat interaksi antara pemakai dengan jenis layanan yang
dibutuhkan menjadi lebih efisien. Sensor ini akan menangkap informasi dari
lingkungan secara terus-menerus dan memantau aktivitas yang dilakukan para
pemakai. Sensor ini kemudian membawa informasi tersebut ke sebuah modul AmI
yang akan memprosesnya dalam suatu aplikasi. Jenis sensor yang digunakan
meliputi jenis sensor tradisional seperti: sensor suhu, tekanan, cahaya,
kelembaban udara, dan sensor-sensor yang lebih kompleks, seperti kamera yang
dihubungkan dengan jaringan kabel. Dengan demikian, infrastruktur AmI harus
dapat menangkap informasi-informasi dari peralatan-peralatan sensor tersebut.
5.
Modes of Interaction
Pemakai berinteraksi dengan layanan
melalui suatu multimodal user interface yang menggunakan peralatan pribadi
untuk berkomunikasi. Multimodal communication memungkinkan pemakai
mangakses layanan tidak hanya pada saat mereka duduk di depan PC, tetapi juga
pada saat mereka bergerak bebas dalam lingkungan AmI.
E.
Spesifikasi
Teknis
Ubiquitous computing mempunyai beberapa spesifikasi
teknis sebagai berikut:
1.
Terminal & user interface
Peralatan yang digunakan sebaiknya
mempunyai kualitas tampilan yang bagus dan responsif terhadap input dari
pemakai. Walaupun dengan ukuran display yang terbatas, penggunaannya harus
intuitif dengan tampilan yang bersih menggunakan alat input yang berbeda
seperti: pen, handwriting recognition dan speech recognition.
2.
Peralatan yang murah
Jika kita membangun sebuah sistem
dengan banyak komputer untuk satu pemakai, biaya satu komputer
tidaklah terlalu mahal. Meskipun komputer biasa pada umumnya relatif lebih
mahal, komputer ini tidak dapat digunakan untuk ubiquitous computing. Tidak
semua komputer dalam ubiquitous computing memerlukan prosesor dan harddisk
dengan spesifikasi seperti dalam komputer biasa.
3.
Bandwidth tinggi
Kebutuhan lain dari ubiquitous
computing adalah mempunyai bandwidth jaringan yang cukup untuk melakukan
komunikasi antara peralatan-peralatan yang digunakan. Selain masalah bandwidth,
ada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan
transformasi data melalui jaringan, antara lain: lokasi terminal untuk mobile
communication, penggunaan frekuensi yang tepat, menjaga kualitas layanan,
enkripsi data, dan mengurangi gangguan-gangguan laten terhadap jaringan.
4.
Sistem file tersembunyi
Ketika seorang user menggunakan
komputer, dia harus belajar beberapa aspek dasar tentang sistem operasi dan
konsep-konsep file serta struktur direktori. Hal ini mengakibatkan pemakai akan
lebih terfokus pada bagaimana informasi akan disimpan, bukan pada informasi itu
sendiri. Salah satu kebutuhan ubiquitous computing adalah komputer harus
tersembunyi. Komputer harus dapat “memahami” kondisi pemakai. Sebagai contoh,
melalui penggunaan voice recognition atau interface lainnya yang memungkinkan
pemakai melakukan akses tanpa harus mengetahui nama file tertentu, lokasi atau
format file tersebut.
5.
Instalasi otomatis
Ubiquitous computing harus dapat
mengeliminasi kebutuhan instalasi program. Dalam sistem konvensional,
seringkali diperlukan instalasi program yang dapat menimbulkan masalah, dan
dalam beberapa kasus harus melibatkan pemakai. Konsep ini tidak berlaku dalam
ubiquitous computing. Program harus dapat berpindah dari sebuah computer ke
komputer lain tanpa harus mengubah konfigurasi dasar dalam menjalankan suatu
program baru. Salah satu alternatif adalah dengan menggunakan bahasa
pemrograman Java yang dapat dipindahkan ke komputerlain dengan mudah
(platform-independent).
6.
Personalisasi informasi
Akan lebih baik jika ubiquitous
computing system dapat menjaga agar informasi yang tersedia dapat digunakan
sesuai kebutuhan pemakai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan adalah setiap kali ada seseorang yang baru
bergabung dalam sebuah komunitas, profil pribadi orang tersebut harus
ditambahkan ke setiapperalatan yang ada.
7.
Privasi
Salah satu masalah yang paling
penting dalam ubiquitous computing adalah resiko privasi yang serius. Sistem
ini dapat menyimpan data-data pemakai dan lokasinya yang mungkin dapat diakses
oleh pemakai lain. Teknologi jaringan seperti infra merah atau komunikasi radio
nirkabel menggunakan enkripsi untuk menjaga keamanan data.
F.
Aspek-aspek
yang Mendukung Ubiquitous Computing
Terdapat empat hal yang
menjadi aspek-aspek yang
mendukung pengembangan dari ubiquitous computing, yaitu :
1. Transparent Interfaces
Transparent Interface
atau antarmuka yang transparan, merupakan fitur yang menggunakan konsep
menyembunyikan perangkat komputasi atau perangkat komputasi tersebut tidak
nampak dari pengguna, namun terdapat interaksi dari aplikasi komputer dengan
pengguna tersebut. Selain itu ubicomp membutuhkan antarmuka yang fleksibel
diluar mouse dan keyboard, seperti touch screen dan speech recognition. Contoh
kasusnya pada perpustakaan yang menggunakan RFID (Radio Frequency
Identification), dimana jika seorang mahasiswa mengambil buku tanpa melakukan
proses peminjaman (check in) dan keluar melewati gerbang RFID, maka gerbang
akan mengeluarkan suara alarm anti pencuri.
2. Awareness of Context(s)
Awareness of Context
atau Kesadaran terhadap Konteks, Konteks yang dimaksud disini adalah informasi
tentang dilingkungan mana aplikasi saling berinteraksi bukan cuma obyek
manusianya saja, contohnya nyata dari konteks adalah lokasi dan waktu. Dalam
contoh sederhana di atas tampak bahwa dalam menjalankan instruksi tersebut,
komputasi konvensional hanya berfokus pada aspek “who”, di sisi lain Context
Awareness tidak hanya berfokus pada “who” tetapi juga “when”,
“what”, “where”, dan “why”. Awareness of Context membuat
perangkat-perangkat memiliki kemampuan yang semakin tinggi, dimana semakin
tingginya kemampuan suatu perangkat merepresentasikan context tersebut
maka semakin banyak input yang dapat diproses berimplikasi pada semakin banyak
data dapat diolah menjadi informasi yang
dapat diberikan oleh
perangkat tersebut.
3. Natural
Interfaces
Sebelum
adanya konsep ubicomp sendiri, selama bertahun-tahun kita telah menjadi saksi
dari berbagai riset tentang natural interfaces, yaitu penggunaan aspek-aspek
alami sebagai cara untuk memanipulasi data, contohnya teknologi semacam voice
recognizer ataupun pen computing. Saat ini implementasi dari berbagai riset
tentang input alamiah beserta alat-alatnya tersebut yang menjadi aspek
terpenting dari pengembangan ubicomp.
Kesulitan utama dalam pengembangan natural interfaces adalah tingginya tingkat
kesalahan (error prone). Dalam natural interfaces, input mempunyai area bentuk
yang lebih luas, sebagai contoh pengucapan vokal “O” oleh seseorang bisa sangat
berbeda dengan orang lain meski dengan maksud pengucapan yang sama yaitu huruf
“O”. Penulisan huruf “A” dengan pen computing bisa menghasilkan ribuan
kemungkinan gaya penulisan yang dapat menyebabkan komputer tidak dapat
mengenali input tersebut sebagai huruf “A”.Berbagai riset dan teknologi baru
dalam Kecerdasan Buatan sangat membantu dalam menemukan terobosan guna menekan
tingkat kesalahan (error) di atas. Algoritma Genetik, Jaringan Saraf Tiruan,
dan Fuzzy Logic menjadi loncatan teknologi yang membuat natural interfaces
semakin “pintar” dalam mengenali bentuk-bentuk input alamiah.
4. Micro-nano technology
Perkembangan
teknologi mikro dan nano, yang menyebabkan ukuran microchip semakin mengecil,
saat ini menjadi sebuah faktor penggerak utama bagi pengembangan ubicomp
device. Semakin kecil sebuah device akan menyebabkan semakin kecil pula fokus
pemakai pada alat tersebut, sesuai dengan konsep off the desktop dari ubicomp.
Teknologi yang memanfaatkan berbagai microchip dalam ukuran
luar biasa kecil semacam T-Engine ataupun Radio Frequency Identification (RFID)
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk smart card atau tag.
Contohnya seseorang yang mempunyai karcis bis berlangganan dalam bentuk kartu
cukup melewatkan kartunya tersebut di atas sensor saat masuk dan keluar dari
bis setelah itu saldonya akan langsung didebet sesuai jarak yang dia tempuh.
Gambar 3
Microchip dari Toshiba dengan ukuran super mini
(sumber: IEEE Pervasive Computing)
Di negara-negara
dengan teknologi maju seperti Jepang, saat ini teknologi mikro dan nano telah
diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari lewat berbagai sensor dan alat-alat
pemroses data dalam ukuran yang tidak terlihat oleh manusia di tempat-tempat
umum seperti tampak pada gambar 5 berikut:
Gambar 4 Sensor yang
terpasang di tempat umum sangat membantu bagi orang-orang cacat ataupun para
turis. (sumber gambar: IEEE Pervasive
Computing)
G.
Kesimpulan
Tanpa disadari saat ini kita telah berada pada era
“Ubiquitous Computing”, dimana setiap orang dapat memiliki atau menggunakan
perangkat komputasi lebih dari satu perangkat, seperti secara bersamaan kita
memiliki laptop, handphone, kartu kredit, ID Card dan lain-lain. Semua
perangkat komputasi tersebut seolah-olah sudah menyatu dengan kita, sehingga
terlihat tidak “nampak”. Kehadiran teknologi wireless makin mengembangkan
perangkat-perangkat ubicomp ini, dimana-mana manusia satu sama lain dapat
saling terkoneksi melalu berbagai macam sensor dan interface, selain itu
aplikasi yang semakin ringan, dengan ukurannya yang kecil, namun fungsionalitas
yang sangat besar juga ikut berperan penting dalam pengembangan ubicomp ini.
teriamakasih atas infonya
BalasHapusSolder uap